PENGARUH KONDISI PENGERINGAN DENGAN KELEMBABAN DAN SUHU RENDAH TERHADAP PENYUSUTAN TEMULAWAK
Sari
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan tanaman obat yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan jamu atau obat tradisional. Pengawetan temulawak dibutuhkan untuk memperoleh umur simpan yang lama. Pengeringan adalah salah satu metode pengawetan temulawak. Suhu, kelembaban dan kecepatan udara pada proses pengeringan dapat mempengaruhi hasil pengeringan temulawak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kandungan zat aktif temulawak akan tetap tinggi apabila pengeringan dilakukan pada temperatur rendah sehingga akan lebih efektif apabila menggunakan mekanisme dehumidifikasi. Untuk meningkatkan kualitas hasil pengeringan, maka perlu dipelajari kondisi proses pengeringan yang dapat menjamin tercapainya kadar air yang dipersyaratkan. Maka pada proses pengeringan harus menghindari dari terjadinya penyusutan. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kondisi pengeringan dengan kelembaban dan suhu rendah terhadap penyusutan temulawak. Metode pengeringan menggunakan metode dehumidifikasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengeringan dengan suhu dan kelembaban rendah tidak mengalami presentase penyusutan yang sangat besar pada awal pengeringan, yaitu pada menit ke 60 mengalami penyusutan dengan nilai presentase 6.55% sampai dengan 15.51%. Pada penelitian ini penyusutan terbesar terdapat pada temulawak kondisi 2 yaitu 29.30%. Ukuran temulawak mempengaruhi waktu proses pengeringan hingga mencapai standar kadar air yang ditentukan.
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDF (English)Referensi
Amanto, B. S., Siswanti, & Atmaja, A. 2015. Kinetika Pengeringan Temu Giring (Curcuma Heyneana Valeton & Van Zijp) Menggunakan Cabinet Dryer dengan Perlakuan Pendahuluan Blanching. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, 8(2). doi:10.20961/jthp.v0i0.12900
Burghardt, M. D. (993. Engineering Thermodynamics. In Choice Reviews Online, 31(03). doi:10.5860/choice.31-1530
Cahyono, B., Huda, M. D. K., & Limantara, L. 2011. Pengaruh Proses Pengeringan Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorriza Roxb) terhadap Kandungan dan Komposisi Kurkuminoid. Reaktor, 13(3), 165–171. doi:10.14710/reaktor.13.3.165-171
Depkes. 2008. Farmakope-Herbal-Indonesia-Edisi-I-2008 (1st ed.).
Handayani, S. U., Rahmat, & Darmanto, S. 2014. Uji Unjuk Kerja Sistem Pengering Dehumidifier untuk Pengeringan Jahe. Agritech, 34(02), 232–238. doi:10.22146/agritech.9514
I, Dincer, & A, Z, Sahin. 2004. A New Model for Thermodynamic Analysis of a Drying Process. International Journal of Heat and Mass Transfer, 47(4), 645–652. doi:10.1016/j.ijheatmasstransfer.2003.08.013
Khamidah, A., Antarlina, S. S., & Sudaryono, T. 2017. Ragam Produk Olahan Temulawak Untuk Mendukung Keanekaragaman Pangan. Jurnal Litbang Pertanian, 36(1), 1–12. doi:10.21082/jp3.v36n1.2017.p1-12
Lamhot P, M., Tambunan, A. H., & Leopold O, N. 2012. Penentuan Kondisi Proses Pengeringan Temu Lawak Untuk Menghasilkan Simplisia Standar. Jurnal Dinamika Penelitian Industri, 23(2), 99–106.
Manalu, L. P., & Tambunan, A. H. 2016. Analisis Eksergi Pengeringan Irisan Temulawak. Jurnal Agritech, 36(01), 96. doi:10.22146/agritech.10689
Minea, V. 2013. Drying heat pumps-Part I: System integration. International Journal of Refrigeration, 36(3), 643–658. doi:10.1016/j.ijrefrig.2012.11.025
Pane, Y. M. 2018. Karakteristik Pengeringan Temulawak (Curcuma Zanthorrhiza) Menggunakan Pengering Kombinasi Surya Tapis Molekuler [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatra Utara.
Purwanti, M., P, J., & Kadirman. 2017. Penguapan Air dan Penyusutan Irisan Ubi Kayu Selama Proses Pengeringan Menggunakan Mesin Cabinet Dryer. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 3, 127–136.
Rifdah, S. 2017. Pengaruh Suhu dan Waktu Pengeringan Serta Analisis Finansial dalam Pembuatan Simplisia Temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb) [skripsi]. Malang (ID): Universitas Brawijaya.
Rosidi, A., Khomsan, A., Setiawan, B., Riyadi, H., & Briawan, D. 2014. Potensi Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb) sebagai Antioksidan (Issue 1995). In Prosiding Seminar Nasional & Internasional.
S, Syahrul., R, Romdhani., & M, Mirmanto. 2016. Pengaruh Variasi Kecepatan Udara dan Massa Bahan terhadap Waktu Pengeringan Jagung pada Alat Fluidized bed. Dinamika Teknik Mesin, 6(2), 119–126. doi:10.29303/d.v6i2.15
Sagita, A. 2013. Hubungan Penyusutan dengan Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Simplisia Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sibarani, D. M. (2018). Rancang Bangun Alat Pengering Chips Temulawak dengan Memanfaatkan Panas Kondesor Kulkas Komersial [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Tulliza, I. S., H.Tambunan, A., & Ahmad, U. 2010. Pengaruh Penyusutan Temu Putih (Curcuma zedoaria (Berg) Roscoe) terhadap Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis. Jurnal Keteknikan Pertanian, 24(2).
Widyasanti, A., Sudaryanto, Arini, R., & Asgar, A. 2018. Pengaruh Suhu terhadap Karakteristik Fisikokimia dan Optik Brokoli Selama Proses Pengeringan Vakum dengan Tekanan 15 cmHg. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas, 22(1), 44. doi:10.25077/jtpa.22.1.44-51.2018
Yahya, M. 2014. Kaji Eksperimental Unjuk Kerja Pengering Dehumidifikasi Terintegrasi dengan Pemanas Udara Surya untuk Mengeringkan Temulawak. Jurnal Teknik Mesin, 4, 68–74.
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.